Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts

Tuesday, 9 June 2015

Untukmu Pemuda Shaleh

Wahai saudaraku
Taatlah di masa mudamu
Semoga engkau bahagia di masa tuamu
Sebagaimana engkau taat di masa hidupmu
Niscaya engkau akan bahagia di masa matimu
Gunakanlah masa mudamu sebaik-baiknya
Sebelum engkau menyesalinya di masa tuamu
Dan melihat dirimu bagai sebatang pohon yg kering dengan gugurnya dedaunan
Dan takutlah saat tidak bergeser kaki seorang hamba di Mahsyar saat ia harus menjawab
"Wa'ansyaabaabihi fiima ablah?"
(Tentang masa mudanya, kemanakah ia habiskan?)
Jd harapkanlah naungan Arsy Rabbmu disana!
Karena salah satu dari 7 kelompok manusia yg mendapat naunganNya adalah
"Pemuda yang tumbuh dalam beribadah kapada Allah." (HR. Muslim)

Serta taatilah kedua org tuamu
Doakanlah mereka
Karena engkau baru akan terhitung sebagai seorang yang shaleh
Jika engkau senantiasa mendoakan orang tuamu
Karena hadits mnyebutkan "..au waladin shoolihin yad 'ulahu" (atau anak sholeh yg selalu mendoakannya)

Jadikan baktimu kepada mereka sebagai pengokoh rumah tanggamu
Dan jgn jadikan rumahmu rapuh sebagaimana sarang laba-laba
Yang sang betina membunuh pejantan setelah laba-laba betina tersebut memiliki anak
Membuang sang jantan ke luar rumah
Begitu pula setelah anak-anaknya tumbuh besar
Mereka pun melakukan pembunuhan trhadap ibunya
Lalu membuangnya ke luar rumah
Maka ambillah ibroh dr setiap ciptaan Rabbmu
"..dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui." (al-Ankabut, 41)

Wahai pemuda kaya
Belilah surgamu syukurmu
Dan wahai pemuda miskin
Belilah surgamu dgn sabarmu
Sungguh miskin dan kaya akan bermanfaat bagimu jika engkau memiliki sabar dan syukur
Karena masing-masing adalah separuh dari imanmu
"..Sesungguhnya pada hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap org yangg penyabar lagi banyak bersyukur." (Ibrahim, 5)

Untukmu semoga makmur
para penyabar dan pensyukur

Menggenggam Masalah

Di Afrika, ada sebuah teknik yg unik untuk berburu monyet di hutan Afrika. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan dan obat bius.

Cara menangkapnya sederhana saja. pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yg telah diberi aroma untuk mengundang monyet-monyet datang. 

Setelah diisi kacang, toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu melakukannya disore hari.

Besoknya, mereka tingal meringkus monyet yang tangannya terjebak didalam botol tak bisa dikeluarkan. 

Kok, bisa ?

Monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. 

Selama mempertahankan kacang itu, selama itu pula mereka terjebak.
Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet itu tidak akan dapat pergi kemana-mana

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet itu. 

Tapi, tanpa sadar sebenarnya banyak manusia melakukan hal yg sama seperti monyet itu.

Mereka mengambil dan mengenggam dunia ini sebanyak-banyaknya, menyeret mereka dalam kerakusan dan ketamakan. Tak sadar bahwa ketamakannya itu telah menjebaknya dalam lubang permasalahan yang berat, tak sedikit yg terseret dlm penjara, bahkan banyak pula yg kehilangan nyawa saling membunuh krn harta dunia. Layaknya monyet mengenggam kacang.

Andai saja monyet itu mengambil sedikit demi sedikit kacang itu dan memakannya tentulah dia ada selamat dan menikmati kacangnya..
tapi ketamakannya-lah yang membuat tangannya terjebak dalam lubang hingga bisa jadi dia mati menggenggam kacang. 

Dan tragisnya dia bahkan tidak sempat merasakan kacang itu..
Andai saja manusia itu tidak tamak, mengambil dunia hanya sekadarnya saja..
secukup utk bekal beribadah tentu akan selamat. Tidak terjebak pada penyakit hubbud dunya. 

Banyak para salafus shaleh dahulu memberi contoh unttk mengambil dunia itu hanya sekedar bisa menegakkan tulang punggungnya unttk berdiri beribadah dengan-Nya..

Semoga Bermanfaat..

آميْنَ آميْنَ آميْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

‪#‎Baarokalloohufiykum‬.

Thursday, 4 June 2015

Inilah Ikhtiar Sesungguhnya Apabila Seorang Muslim Sakit

 Ada seorang dokter membuka klinik di Tanah Suci.
Selama 6 bulan praktek, tidak ada seorang pasienpun yang datang untuk berobat. Hingga beliau merasa heran, apakah orang-orang di sini tidak pernah sakit?

Akhirnya beliau temukan jawabannya.

Bila kami sakit, ikhtiar pertama yg kami lakukan ialah shalat dua rakaat, dan memohon kesehatan kepada Allah. In syaa Allaah sembuh dengan ijin dan kasih sayangNya.

Kalau belum sembuh, kami lakukan cara ke-dua. Yaitu baca Al Fatihah/ surat2 lain, tiupkan pada air dan minum.
Dan alhamdulillaah kami akan sehat.

Tapi kalau belum sehat juga, kami lakukan ikhtiar yg ke-tiga. Yaitu bersedekah, dengan niat mendapatkan pahala kebaikan, & dijadikan jalan penyembuh sakit kami. In syaa Allah akan sembuh.

Kalau tidak sembuh juga, kami akan tempuh ikhtiar yg ke-empat. Yaitu banyak2 istighfar, untuk bertaubat.
Sebab, Nabi صل الله عليه وسلم beritahu kami, bahwa sakit adalah salah satu sebab diampuninya dosa2.

Kalau belum sembuh juga, baru kami lakukan ikhtiar yg ke-lima. Yaitu madu dan habbatussauda.

Ikhtiar yg ke-enam yaitu dengan mengonsumsi herbal, seperti bawang putih, buah tin, zaitun, kurma, dan lain-lain, seperti disebut dalam Al Qur'an.

Dan, alhamdulillaah. Laa haulaa wa laa quwwataa illaa billaah. Di sini, kami pasti, dan pasti akan sembuh...tanpa ikhtiar ke-tujuh yaitu pergi ke dokter.

Wallaahu a'lam

Kisah Inspiratif Mahasiswi LIPIA

Ada yang janggal,
Ada yang hilang,
Gadis berjilbab biru itu dilanda kepanikan luar biasa. Apa pasal? Ia kehilangan dompet hitam yg berisi semua kartu- kartu pentingnya. Bermula saat ia turun dari angkot s11 dan berniat untuk mengambil kartu berobat saat tiba depan puskesmas. Namun ia tak menemukannya. Aduhai, bagaimanalah ini?
Apakah ia kecopetan atau dompetnya terjatuh?
Baiklah, lupakan sejenak check up di puskesmas, sepertinya ia harus kembali menyusuri jalan tadi.
Beruntung ia masih menyimpan uang di saku rok nya yang cukup untuk membayar angkot.

Dengan penuh harap mahasiswi Lipia mustawa takmili awal itu cemas menyusuri Jalan Asnawi,melihat sana-sini berharap menemukan si "hitam". Nihil, sang dompet tak mau menampakkan dirinya. Ketakutan segera menggelayuti, dompet itu berisi ktp, atm dan kartu mahasiswanya. 3 hari lagi ujian nihaiy ( akhir semester) , jika ia tak mendapatkannya alamat ujian terancam gagal . Apalagi ia mahasiswi perantauan, semuanya tak semudah di kampung halaman.

 Matanya nyaris basah, kesedihan menyeruak. Tangisnya hampir luruh kalau saja sekelebat ayat kesabaran tak datang memenuhi otaknya.

 "Ishbirii, ishbirii, la'allahu khoir" gumamnya pelan.
Ia pulang dan segera membaca mushaf mencoba menyembuhkan gundah hatinya. "Ashobatni musibah ( aku ditimpa musibah) " ujarnya pada temannya dengan suara bergetar saat temannya menanyainya. Ia teringat abangnya dan mengabarkan beliau. Tak disangka abangnya segera mengirimkan uang untuknya. Ajaibnya jumlah yg dikirim 10 x lipat dari jumlah yg hilang, padahal ia tak menyebutkan nominal yg hilang. Subhanallah, Allah langsung mengganti uangnya 10 x lipat.
.
Hari itu juga dia langsung menuju kantor polisi mengurus kartu- kartu penting yg hilang. Tak terbayang dia harus mendatangi beberapa bank dan kantor Republika untuk mempublish berita ini syarat mendapatkan kartu mahasiswa dari Ma'had. Esok pagi yg bertepatan dgn ujian penerimaan syariah "penerimaan" itu datang. Usai shalat dhuha angin tawakkal itu menghampirinya hingga ia merasakan tenang tiada tara. La'allahu khoir, la'allahu khoir, batinnya kali.

Tiba2 "ting" , terdengar bunyi pesan dr hp nya, setelah ia baca,

" Ayo ke Ma'had, dompetnya ada di Ibu satpam"

Allahu akbar!! Ternyata ada laki-laki amanah yg menemukan dompetnya di sebuah gang dan meyerahkan pada kampus lipia. Ia benar- benar tak menyangka mendapatkan kembali dompetnya yang hilang .Sungguh pertolongan Allah itu benar-benar datang. Masyaallah, sungguh Allah hanya mengujinya dgn kehilangan, lalu mengembalikan dan mengganti uang yg hilang dengan 10 x lipat.


Mari belajar darinya sebuah tawakkal. Kita memahami darinya untuk membaca al quran dan shalat saat ditimpa musibah. Dan "BLAAM", pertolongan Allah benar- benar datang bagi hamba-Nya.

 Jika kamu mendapat musibah, Allah tak memintamu untuk memikirkannya hingga penat, Allah hanya memintamu untuk sabar dan shalat ( Qs Al-baqarah: 153)
Silahkan bagikan supaya bermanfaat

Izzatur Rifdah Ismail
Temukan kami #KIMenulis

Thursday, 19 March 2015

ODOJ Izza Bukan Tilawah, Melainkan Hafalan

ODOJ IZZA BUKAN TILAWAH, TAPI HAFALAN
Dinana Naila Izza. Nama yang enak didengar, enak di ucapkan dan lebih enak lagi saat anda mendengar prestasi tahfidz Qur’annya. Gadis cantik nan murah senyum yang di Al-hikmah Bogor maupun di mafaza akrab di panggil Izza ini mampu menyelesaikan 30 juz hanya dalam 39 hari. Alloohu Akbar!..Luar biasa bukan?
Kami ingat betul saat ia datang ke Al-Hikmah bogor. Waktu itu sudah maghrib. Ia datang dari Semarang – Jawa tengah – di ajak kedua orangtuanya untuk daftar & test ke Super Manzil. Tidak mudah meyakinkan Izza. karena ia seorang peragu dan cenderung pesimis. Izza merasa mustahil bisa menjalani program super manzil. Mendengar kisah-kisahnya saja cukup “mengerikan”. Bagi Izza, super manzil hanyalah program yang cocok untuk anak-anak super istimewa. Namun tak sulit mengajaknya pindah ke mafaza, karena ia seorang penurut dan tak pernah berani mengecewakan orangtua.
Keraguan Izza sangat beralasan, sebab riwayat menghafalnya agak “menyedihkan”. Selama enam tahun di SDIT di Semarang ia hanya dapat satu juz. Yakni juz 30. Lanjut tiga tahun di SMPIT, hanya dapat dua juz, 29 dan 28. Selepas SMP ia masuk ke Khusnul Khotimah. Disini ia belajar selama satu semester, dan hafalannya nambah satu juz. Yakni juz 27.
Saat test durasi di alhikmah ia masuk kategori dua, yakni disarankan. Artinya kemampuan menghafalnya masih lemah namun sangat disarankan untuk mencicipi super manzil. Lemah bukan karena ia tak berpotensi. Namun disebabkan belum pernah diberi metode yang tepat.
Meski saat itu ia dinyatakan lulus, namun hatinya belum mantap. Bagi Izza, jangankan sebulan selesai 30 juz, sebulan satu juz pun ia tak yakin.
Di super manzil Januari gadis yang baru masuk usia 15 thn ini berhasil setor hafalan sebanyak 15 juz, maka koleksi hafalannya jadi 19 juz. Dan keberhasilan ini menyembuhkan sifat ragu dan pesimismenya. Selepas super manzil pertamanya ia sangat konfiden. Kini ia mulai berani membangun mimpi dan menancapkan cita-citanya. Dan semangat merancang program untuk menggapainya. Kami senang, karena program supermanzil berhasil menghancurkan mental blok yang selama ini membelenggunya. Bukankah tujuan utama super manzil adalah utk menghancurkan mental blok?
Saat kami mengumumkan super manzil maret, dengan mantap izza berkata pada ibunya. “ummi, aku mau daftar ke super manzil lagi. Agar hafalanku yang tinggal 11 juz itu selesai dlm sebulan”. Dan MasyaAlloh…saat Super Manzil baru berjalan sepekan, ternyata si murah senyum ini sudah menyetorkan tujuh juz. kami terpana, bagi seorang pemula pencapaian sehebat itu sangat mengagumkan.
“Izza bagaimana caranya kamu menghafal secepat itu?” Kami bertanya dengan sepenuh rasa takjub.
“kan saya sudah berazzam untuk one day one juz” jawabnya ringan.
Segala puji bagi Alloh yang telah memudahkan gadis sholehah ini. ODOJ nya Izza bukan tilawah, tapi hafalan.
Ketika tiba dijuz terakhirnya, yakni juz 26. Kami memintanya untuk setor kepada semua musyrifah dan disaksikan segenap santri mafaza. Ternyata siperiang ini menyetorkannya sambil menangis. Demikian pula ibunya, disela tangisnya yang memecahkan suasana yang syahdu ia berkata: “terima kasih nak, kamu telah berjuang mendapatkan jubah kebesaran untuk dipakaikan pada ummi dan abah di surga nanti”





sumber https://hamilulquran.wordpress.com/2015/03/19/odoj-izza-bukan-tilawah-tapi-hafalan/

Tuesday, 17 March 2015

Mengapa Manusia Harus Saling Meninggalkan ?



SEWAKTU BERUSIA 17 tahun, saya bermimpi. Dalam mimpi itu, saya duduk didalam masjid dan seorang gadis menghampiriku dan bertanya, “Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan?” pertanyaan yang bersifat pribadi namun sangat jelas mengapa pertanyaan itu ditujukan kepada saya.
Saya orang yang mudah terikat.
Sejak saya masih kecil, perangai ini sangat jelas sementara anak-anak lain dikelompok bermain dapat dengan mudah pulih setelah ditinggalkan orang tua mereka, saya sebaliknya. Begitu tumpah air mata saya tidak dapat dihentikan. Saat tumbuh dewasa, saya belajar untuk memiliki keterikatan kepada segala seuatu disekitar saya. Sejak duduk di bangku kelas satu sekolah dasar, saya membutuhkan sahabat.ketika bertambah dewasa, pertengkaran apapun dengan seorang teman akan membuat saya hancur.
Saya tidak bisa merelakan apapun. Orang, tempat, peristiwa, foto, momen bahkan hasil akhir bias menjadi objek keterikatan yang sangat kuat. Jika keadaan tidak berjalan sesuai dengan yang saya inginkan atau bayangkan, saya akan sangat terpukul bagi saya kekecewaan bukanlah emosi yang lazim. Itu bencana. Begitu merasa kecewa saya takkan pernah sepenuhnya pulih. Saya tak pernah bias melupakan, dan kerusakannya tak pernah diperbaiki. Seperti jambangan kaca yang kita tempatkan dipinggir meja. Begitu jatuh dan pecah, kepingan-kepingannya takkan pernah bias untuk kembali.
Namun , masalahnya bukan terletak dijambangan kaca tersebut , atau jika bahkan jambangan tersebut jatuh. Masalahnya terletak di diri saya yang menempatkannya terlalu pinggir di meja. Melalui keterikatan ini, saya bergantung pada hubungan tersebut agar kebutuhan saya terpenuhi saya biarkan hubungan-hubungan ini menentukan kebahagiaan atau kesedihan, kepuasaan atau kehampaan, rasa aman dan bahkan nilai diri saya. Begitulah seperti jambangan yang diletakkan terlalu pinggir, sehingga bias dipastikan bahwa benda itu akan jatuh, saya menempatkan diri untuk mengalami kekecewaan. Saya menempatkan diri untuk hancur. Dan itulah persisnya yang saya temukan : satu kekecewaan dan kehancuran demi satu kekecewaan dan kehancuran lain.
Namun, orang-orang yang telah membuat saya kecewa tidak dapat dipersalahkan, sama seperti gravitasi yang tak bisa dipersalahkan karena menjatuhkan dan memecahkan jambangan. Kita tak bias menyalahkan hokum fisika ketika sebatang ranting patah karena kita bersandar padanya. Ranting tidak diciptakan untuk menahan beban kita. Hanya Allah yang bias menahan beban kita. Seperti yang ditegaskan dalam firman-Nya : “Barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah[2]:256).
Ada pelajaran penting dalam ayat ini: bahwa hanya ada satu buhul tali yang amat kuat dan tak akan putus. Hanya ada satu tempat kita bergantung. Hanya ada satu hubungan yang menentukan nilai diri kita dan hanya ada satu sumber bagi kita untuk mencapai kebahagiaan, kepuasaan dan keselamatan tertinggi. Satu tempat itu adalah Allah.
Namun seringnya kita mencari semua hal ini di dunia. Beberapa mencarinya dalam karir, beberapa dalam kekayaan dan yang lainnya dalam status. Beberapa orang, seperti saya mencarinya dalam hubungan antar manusia. Dalam bukunya  Eat, Pray, Love, Elizabeth Gilbert menggambarkan pencarian atas kebahagiaan versinya sendiri. Dia menjelaskan upayanya menjalin percintaan dan mengakhirinya, dan bahkan berkeliling dunia untuk menemukan pemenuhan ini. Ia mencari pemenuhan ini tanpa hasil dalam hubungan percintaanya, dalam meditasi, bahkan dalam makanan.
Begitulah tempat saya melewatkan sebagian besar hidup saya : mencari cara untuk memenuhi kekosongan batin saya,. Jadi tidaklah mengherankan bila gadis kecil didalam mimpi saya mengajukan pertanyaan ini kepada saya. Itu adalah pertanyaan tentang kehilangan, tentang kekecewaan. Itu adalah pertanyaan tentang penyesalan. Pertanyaan tentang mencari sesuatu dan pulang dengan tangan hampa. Itulah yang akan terjadi ketika kita menggali beton dengan tangan kosong: kita tak hanya tidak mendapatkan apapun, jemari kita pun terluka. Saya mempelajari ini bukan dengan cara membacanya, bukan dengan mendengarkannya dari petuah bijak, saya mempelajarinya dengan mencobanya lagi, dan lagi, dan lagi.
Jadi, pertanyaan gadis itu pada dasarnya merupakan pertanyaan saya sendiri yang diajukan kepada diri saya sendiri.
Pada akhirnya, pertanyaan itu adalah sifat dunia sebagai tempat berlangsungnya momen singkat dan dan keterikatan sementara. Sebagai tempat orang-orang yang bersama kita pada hari ini dan pergi atau meninggal dunia esok hari. Tapi kenyataan ini menyakitkan keberadaan kita karena bertentangan dengan sifat kita sendiri. Kita, sebagai manusia, diciptakan untuk mencari, mencintai dan memperjuangkan apa yang sempurna dan apa yang permanen. Kita diciptakan untuk mencari apa yang kekal. Kita mencarinya karena kita tidak diciptakan untuk kehidupan ini. Rumah pertama dan sejati kita adalah surga: negeri yang sempurna sekaligus kekal. Sehingga mendambakan kehidupan semacam itu merupakan bagian dari keberadaan kita. Masalahnya adalah kita berusaha mencarinya di sini. Oleh karena itulah kita menciptakan krim anti-penuaan dan bedah plastik dalam upaya putus asa untuk bertahan dalam upaya membentuk dunia ini menjadi apa yang bukan sifat sejatinya, dan takkan pernah menjadi sifat sejatinya.
Begitulah jika kita hidup di dunia dengan hati kita. Menghancurkan kita. Itulah kenapa dunia itu menyakitkan. Karena defini dunia sebagai sesuatu yang sementara dan tidak sempurna, bertentangan dengan segala sesuatu yang kita dambakan. Allah menempatkan hasrat didalam diri kita yang hanya bisa terpenuhi dengan apa yang kekal dan sempurna. Dengan berusaha menemukan pemenuhan didalam apa yang fana, kita hanya berlari mengejar hologram, fatamorgana. Kita menggali beton dengan tangan kosong. Berusaha mengubah sesuatu yang pada dasarnya bersifat sementara menjadi sesuatu yang kekal sama seperti berupaya menyarikan air dari api. Kita hanya akan terbakar. Hanya ketika kita berhenti menaruh harapan pada dunia, hanya ketika kita berhenti berusaha mengubah dunia menjadi sesuatu yang bukan sifatnya dan takkan pernah menjadi sifatnya(jannah) barulah kehidupan ini akhirnya berhenti mematahkan hati kita.
Kita juga harus menyadari bahwa tak ada yang terjadi pada tujuan. Tak satu pun. Bahkan hati yang hancur. Bahkan penderitaan. Patah hati fan penderitaan merupakan pelajaran serta pertanda bagi kita. Keduanya adalah peringatan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Keduanya adalah peringatan bahwa kita harus melakukan perubahan. Sama seperti rasa terbakar memperingatkan agar kita menjauhkan tangan dari api, rasa sakit emosional memperingatkan agar kita harus melakukan perubahan internal. Kita perlu melepaskan. Penderitaan merupakan bentuk pelepasan secara paksa. Seperti kekasih yang menyakiti kita berulang-ulang, semakin besar dunia menyakiti kita, semakin pasti kita terlepas darinya. Semakin pasti kita berhenti mencintainya.
Penderitaan merupakan penunjuk ke arah keadaan terikat kita. Keterikatan semu kita berada pada sesuatu yang membuat kita menangis, yang menimbulkan rasa sakit paling besar. Pada hal-hal seperti itulah kita mengikatkan diri, padahal seharusnya kita hanya mengikatkan diri pada Allah. Itu jugalah yang menjadi hambatan di jalan kita menuju Allah. Tapi rasa sakit itu sendiri yang membuat keterikatan semu tadi tampak nyata. Rasa sakit menciptakan kondisi yang coba kita ubah di dalam hidup kita, dan jika ada apapun mengenai kondisi yang tidak kita sukai, ada rumus ilahiah untuk mengubahnya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Rad[13]: 2).
Setelah bertahun-tahun jatuh ke dalam pola kekecewaan dan patah hati yang sama, saya akhirnya menyadari sesuatu yang mendalam. Tadinya saya selalu menyangka bahwa cinta terhadap dunia berarti terikat pada hal-hal yang bersifat material. Dan saya tidak mengikatkan diri saya pada materi. Saya terikat pada emosi. Maka tadinya saya menyangka bahwa cinta terhadap dunia tidak berlaku pada diri saya. Saya tidak menyadari bahwa manusia, momen, emosi merupakan bagian dari dunia. Saya tidak menyadari bahwa penderitaan yang saya alami dalam hidup ini disebabkan oleh satu hal dan  hanya oleh satu hal : cinta terhadap dunia.
Segera setelah saya mengalami momen kesadaran itu, sehelai tabir terangkat dari pandangan saya. Saya mulai melihat letak permasalahannya. Saya mengharapkan kehidupan ini menjadi sempurna, kondisi yang tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun. Sebagai seorang yang idealis, saya berjuang dengan setiap sel ditubuh saya untuk melakukannya. Hidup saya haruslah sempurna. Saya takkan berhenti sampai hidup saya sempurna. Saya memberikan darah, keringat , dan air mata dalam ikhtiar ini: mengubah dunia menjadi jannah. Ini berarti mengharapkan orang-orang di sekitar saya menjadi sempurna. Mengharapkan hubungan saya menjadi sempurna. Mengharapkan terlalu banyak orang-orang disekitar saya dan dari hidup saya. Pengharapan. Pengharapan.pengharapan. jika memang ada satu resep untuk ketidakbahagiaan, itu adalah pengharapan.tapi, disnilah letak kesalahan fatal saya. Kesalahan saya bukan pada memiliki pengharapan; sebagai manusia, kita tidak boleh berputus asa. Masalahnya adalah “di mana” saya meletakkan harapan dan asa itu. Di penghujung hari, harapan dan asa tidak saya tempatkan pada Allah. Harapan dan asa saya tempatkan pada manusia, hubunga, kondisi. Pada akhirnya, harapan saya lebi bersifat duniawi daripada mengejar ridha Allah.
Begitulah cara saya mengalami kebenaran yang mendalam. Satu ayat mulai berkelebat di benak saya. Saya sudah pernah mendengar ayat tersebut, tapi itulah kali pertama saya menyadari bahwa ayat itu sebenarnya menggambarkan tentang diri saya: “sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan(tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.” (Yunus[10]:7).
Dengan berfikir bahwa saya bisa memperoleh segalanya disini, saya tidak mengharapkan pertemuan dengan Tuhan. Harapan saya bersifat duniawi. Apa artinya menempatkan harapan pada dunia? Bagaimana hal ini bisa dihindari? Ini berarti bila anda memiliki teman, jangan mengharapkan teman-teman anda untuk memenuhi kekosongan anda. Bila anda menikah, jangan menaruh harapan dalam hasil. Bila anda sedang dalam kesulitan, jangan bergantung pada diri sendiri. Jangan bergantung pada manusia. Bergantunglah pada Tuhan.
Carilah pertolongan dari manusia tapi sadari bahwa bukan manusia (bahkan diri sendiri) yang bisa menolong anda. Hanya Allah yang mampu melakukannya. Manusia hanyalah alat, suatu sarana yang dipergunakan oleh Tuhan. Tapi, manusia bukanlah sumber bantuan, pertolongan, atau keselamatan apapun. Hanya Allah yang mampu melakukannya. Manusia bahkan tidak bisa menciptakan sayap seekor lalat (Al-Hajj[22]: 73). Dan demikianlah, bahkan saat anda berinteraksi dengan manusia, arahkan hati anda kepada Tuhan. Hadapilah Allah semata, seperti yang disabdakan Nabi Ibrahim as dengan sedemikian indahnya: “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Al-An’am[6]:79).
Tapi bagaimana Nabi Ibrahim as menjelaskan perjalanannya sampai ke titik itu? Ia mempelajari bulan, matahari dan bintang-bintang dan menyadari bahwa mereka tidak sempurna. Mereka terbenam.
Mereka mengecewakan kita.
Nabi Ibrahim as menyerahkan diri dan menghadapkan ibadahnya kepada Allah semata. Seperti beliau, kita harus menaruh harapan penuh, kepercayaan dan ketergantungan kepada Allah dan hanya kepada Allah semata. Jika melakukannya, kita akan belajar mengenai arti menemukan kedamaian dan kemantapan hati. Hanya pada saat itulah roller coaster yang tadinya menentuka hidup kita pada akhirnya akan berhenti. Jika keadaan batin kita bergantung pada sesuatu yang menurut definisinya tidak konstan, keadaan batin kita juga tidak konstan. Jika keadaan batin kita bergantung pada sesuatu yang berubah dan bersifat sementara, keadaan batin kita akan berada dalam keadaan yang terus-menerus labil, gelisah, dan penuh gejolak. Ini berarti bahwa suatu saat kita bahagia, tapi segera setelah kondisi yang mempengaruhi kebahagiaan kita berubah, kebahagiaan kita akan ikut berubah. Kita pun jadi bersedih. Kondisi hati kerap berayun dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim yang lain tanpa diketahui sebabnya.
Kita mengalami roller coaster emosional ini Karen akita tak pernah bias menemukan kemantapan dan kedamaian yang kekal, sampai keterikatan dan ketergantungan kita disampingkan pada sesuatu yang stabil dan kekal. Bagaimana kita bias berharap dapat menemukan ketetapan hati jika kita berpegang pada sesuatu yang tidak kekal dan akan binasa? Ilustrasi dari kebenaran ini tergambar dari pernyataan Abu Bakar. Setelah Rasulullah wafat, umar merasa sangat terkejut dan tak sanggup menerima kabar tersebut. Meskipun tak ada yang menyayangi Rasulullah Muhammad seperti dirinya, Abu Bakar tahu betul di mana manusia seharusnya menggantungkan dirinya. Beliau berkata: “Siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad(Rasulullah), ketahuilah bahwa Muhammad sudah wafat. Tapi barang siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah tidak akan mati.”
Untuk mencapai keadaan itu, jangan biarkan sumber pemenuhan Anda menjadi apa pun selain hubungan anda dengan tuhan. Jangan biarkan definisi kesuksesan, kegagalan atau nilai diri anda menjadi apapun selain posisi anda disisi-Nya(Al-Hujurat[49]:13). Jika melakukan ini, anda akan menjadi tak terhancurkan karena buhul tali yang anda pegang tidak akan pernah terputus. Anda takkan pernah ditaklukkan karena pendukung anda takkan pernah bias ditaklukkan. Anda pun takkan pernah merasa hampa karena sumber pemenuhan dan anda tak pernah berakhir dan tak pernah berkurang.
Jika mengingat kembali mimpi saat usia saya 17 tahun tersebut, saya bertanya-tanya apakah gadis kecil itu sebenarnya adalah diri saya sendiri. Saya bertanya-tanya akan hal ini karena jawaban yang saya berikan kepadanya adalah suatu pembelajaran. Saya akan menghabiskan bertahun-tahun kehidupan saya secara menyakitkan untuk mempelajarinya. Jawaban saya untuk pertanyaan tentang mengapa orang-orang harus saling meninggalkan adalah: hidup ini tidak sempurna; jika hidup ini sempurna, bagaimana lagi kita menyebut tahapan hidup selanjutnya (akhirat)?”.


Penulis  : Yasmin Mogahed
Lazada Philippines

Saturday, 14 March 2015

Mati Sebelum Mati

Katakan aku bisa tersesat.
Katakan aku bisa kehilangan diriku dalam kehadiran-Mu dalam momen luar biasa dari kepasrahan sejati.
Katakan aku bisa tetap selamanya rusak di dalam diri-Mu, demi diri-Mu, bersama-Mu.
Katakan aku bisa tetap disini selamanya.
Jauh, tapi masih tetap disini.
Bukankah Rasulullah bersabda, “Matilah kamu sebelum mati.”
Awalnya, kupikir itu mungkin hanya pengingat.
Untuk mengingatkan akan pertemuan dengan-Mu.
Tapi kemudian aku berfikir betapa inginnya aku bisa mati sebelum kematianku: memiliki jiwa yang tidak lagi berada dalam kehidupan ini bahkan sementara tubuh ini harus tetap tinggal.
Memiliki hati yang dibebaskan dari belenggu dunia bahkan ketika kaki harus melangkah dijalan-jalannya.
Memiliki nafs yang tenang dan puas secara menyeluruh dengan tuhannya bahkan ketika cangkang runtuhnya tetap ada.
Jiwa yang sudah ada disana bahkan sebelum tiba disana.
Jiwa yang terpisah.
Nafs mutmainah dalam artian yang paling sejati, paling mendalam, paling nyata (Al-Fajr[89]: 27).
Seperti apa yang dikatakan ulama besar, “Dia yang tidak memasuki surge hidup ini tidak akan memasuki surge berikutnya.”

Thursday, 12 March 2015

Bayi Berusia Dua Bulan Mengandung

Tim dokter di Rumah Sakit Pusat Hue, Vietnam, dikagetkan mendapati bayi berusia dua bulan yang mengandung janin. Dokter harus melakukan operasi pembedahan untuk mengeluarkan janin dari sang bayi. Dikutip dari laman Thanh Nien News, operasi selama dua jam sukses dilakukan pada 12 September silam. Kondisi bayi yang ‘mengandung’ janin itu dilaporkan stabil setelah operasi itu.
Bayi laki-laki dari Provinsi Quang Ngai –yang berjarak 230 kilometer dari Kota Hue– dibawa ke rumah sakit oleh orangtuanya karena perutnya membengkak. Semula, dokter mendiagnosa bayi itu memiliki tumor raksasa di perutnya. Para dokter pun melakukan pembedahan untuk mengeluarkan benjolan di dalam perut bayi tersebut. Namun setelah operasi dilakukan, para dokter terkejut. Sebab perut sang bayi itu bengkak bukan karena tumor sebagaimana mereka duga. Melainkan berisi janin. Janin yang berhasil diangkat dari perut bayi tersebut berbobot 1 kilogram.
Sudah memiliki organ, seperti kaki, lengan, tulang belakang, bagian dari hati, dan usus. Kasus ini disebut fetus in fetu. Janin yang dikandung bayi itu merupakan kembarannya. Kasus seperti ini sangat langka. Menurut laporan jurnal Amerika Serikat, Pediatrics, yang diterbitkan Juni tahun 2000, kasus ini hanya terjadi satu dari 500 ribu kelahiran. Menurut studi dari Universitas Assiut Mesir yang dilakukan pada 2008, semua kasus fetus in fetu ini memiliki cacat yang kritis, seperti tidak ada otak fungsional, jantung, paru-paru, saluran pencernaan, atau saluran kemih. Studi tersebut juga mencatat, janin yang berada di dalam tubuh kembarannya sangat kecil kemungkinannya untuk bisa hidup jika dikeluarkan dari kembarannya. Jika tidak dikeluarkan, maka bisa mengancam kehidupan kembaran itu.
Penulis : EKO

Selamat Tinggal Masa Lalu

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh...

Sahabatku....?

Janganlah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.

Selamatkan diri anda dari bayangan masa lalu!

Apakah anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu , matahari ke tempatnya terbit , seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata ?

Ingatlah , keterikatan anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yng telah terjadi pada masa lalu, adalah kondisi yang sangat naif, memprihatinkan dan menakutkan.

Membaca kembali lembaran pahit masa lalu, hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan dengan memikirkan masa lalu. Itu sama halnya dengan mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk.

Padahal betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu,niscaya mereka tidak akan mampu. Sebab yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.

Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat sedikitpun ke belakang. Pasalnya , angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan bergerak ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka dari itu , janganlah melawan sunnah kehidupan.

Thursday, 25 December 2014

Cintai Aku Dalam Diam

 Ketika cinta hadir , saat secercah rasa tidak hanya untuk Yang Maha Pencipta, Izinkanlah hati-ku bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba Mungkinkah dengan ridha-Nya atau hanya mengundang murka-Nya?  
Rasa cinta ini ibarat pelangi, begitu banyak warna disana
Cinta terkadang membuat bahagia
Namun tak jarang membuat menderita
Cinta adakalanya manis bagai madu
Namun juga mampu memberi rasa pahit bagai empedu
Cinta adalah perangkap rasa

Sekali kita salah berlaku, maka akan terkungkung dalam waktu yang lama, dalam lingkaran derita

Memupuknya hanya akan menambah penderitaan,
 
Menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan,
 
Mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan

Bagaimanakah kiranya diri bisa keluar dari belenggu itu?
 
Cintailah diri ini dengan indah,
 
Sikapi dengan anggun dan bijaksana

Cintailah dalam diam,
 
Dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan

Cintai dalam diam

Bukan karena membenci hadirnya,
 
Tapi menjaga kesuciannya

Bukan karena menghindari dunia,
 
Tapi meraih surganya
Bukan karena lemah untuk menghadapinya,
 
Tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyesatkan. Cintai dari kejauhan

Karena kehadiran kita tiada mampu menjauhkan diri dari cobaan, 
Kehadiran kita hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan,
 
Kehadiran kita mungkin saja akan membawa kesedihan bagi hati yang terjaga

Maka cintailah diri ini dengan keikhlasan 

Cukup cintai diri ini dengan kesederhanaan
Tiada obat yang paling mujarab bagi dua orang berlainan jenis yang saling mencintai kecuali bersatunya dua hati,dua jiwa dan raga dalam ikatan suci pernikahan

Tapi, Jika memang kelemahan masih nyata di pelupuk mata maka bersabarlah, berdo'alah dan berpuasalah

Dan janganlah sampai mendekati zina,
 
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji

Dan suatu jalan yang buruk

Cinta bukan untuk di hancurkan dan di musnahkan,
 
Yang di perlukan adalah mengendalikan dan mengarahkan agar tidak melanggar syariat-Nya

Butuh waktu, kesabaran, kepercayaan/keyakinan bahwa Allah lah yang mengatur segalanya

Allah akan memberikan pasangan hidup yang terbaik untuk kita pada waktu yang tepat dan orang yang tepat

Sebelum semuanya halal lebih baik fokus mendekatkan diri pada-Nya dengan memperbanyak ibadah dan memperkuat rasa cinta kita pada-Nya

Dan cintailah yang belum halal itu dalam diam, dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan, itu jauh lebih anggun, lebih indah, lebih bijak dan lebih suci

Cukuplah diam sebagai tanda dan bukti cinta,
Diam juga bukti memulia cinta
Diam membuat tidak mengajak pada hubungan terlarang
Diam benteng dari kerusakan kesucian
Bahkan diam adalah bukti kesetian cinta
Karena diam tersimpan kekuatan
Kekuatan harapan dan impian,
Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan dan impian itu menjadi nyata
Jadilah cinta yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata
Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap dan berdo’a pada-Nya penuh cinta ?
Jika takdir ‘cinta dalam diam’
Tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
Biarkan ia tetap diam
Biarkan, karena Allah Ta’alaa masih punya rencana dan 'hadiah' lain yang lebih INDAH UntukKu
Aamiin Ya R
abbal Alamin

Tuesday, 7 October 2014

Tangisan Hati

Pagi ini begitu cerah, sang surya memancarkan cahaya cinta dibalik pepohonan hijau. mawar yang menghiasi taman sedang merekah dengan tampak cantik dan eloknya ditambah lagi wanginya mampu membuat siapapun akan berhenti sekedar untuk mencium atau menghilangkan lelahnya jiwa. namun tak jauh dari tempat itu ada seorang gadis yang memakai gamis ungu dan jilbab senada yang menjulur menutupi dada bahkan tangannya hampir tertutup oleh jilbabnya sehingga ia terlihat sangat anggun.gadis itu sedang duduk termenung entah apa yang difikirkannya tetapi yang pasti ia sudah tidak mampu menahan air matanya jatuh, pelan sekali menetes hingga membasahi pipinya yang merona bak cahaya bulan purnama.
sejurus kemudian tangannya mengambil tisu di dalam tas kemudian ia gunakan untuk menghapus air matanya dan berusaha kuat namun lagi-lagi dia hanya seorang wanita biasa sehingga air matanya tumpah ruah kembali tatkala ia teringat dengan sumayyah yang tetap kukuh dalam mempertahankan agamanya tak peduli dia(sumayyah) disiksa dengan begitu keras dan akhirnya dibunuh secara kejam, semua itu membuat hatinya semakin perih betapa amal yang dilakukannya selama ini tidaklah seberapa dibandingkan wanita jaman dahulu. tangisannya semakin membuncah hingga suaranya semakin parau hingga detik berlalu dan lima menit pun sudah ia lewatkan begitu saja dengan mengumpulkan sisa tenaga dan semangat ia kemudian bangkit dari tempat duduknya disertai tekad dengan misi yang baru ia harus menjadi wanita shalihah bagaimanapun beratnya rintangan dan terjangan akan ia hadapi karena semua rintangan yang sudah menunggunya tidak akan pernah sebanding dengan sumayyah ataupun wanita-wanita jaman dahulu. kini cintanya semakin melebur menjadi satu menguatkan asa memautkan hati hanya kepada Rabb nya. aamiin ya mujiib :D