Thursday, 12 March 2015

Sebuah Surat Untukmu

Sulit untuk menjelaskan apa itu kebebasan. Itu adalah konsep yang begitu mendalam dan begitu nyata. Melalui kekacauan, kotak-kotak kosong, dan citra-citra hampa, aku melihatmu dunia. Kau menempatkan berlapis-lapis selubung menutupi mataku. Berusaha memenangkanku, memperdayaku, memperbudakku terhadap kebohonganmu.Padahal, sesungguhnya kau tidak bisa memberiku bahkan setetes air pun ketika aku berdiri meminta-minta di depan pintumu. Aku berlutut di hadapanmu, putus asa agar kau mengisiku.
Yang ku lihat sekarang adalah kilasan kejelasan yang hanya bisa di ukir oleh tulisan kekecewaan abadi. Dan aku duduk di sini, di kelilingi oleh kaki tanganmu, pasukan pendusta yang dikirim untuk menjagaku tetap terantai. Tapi, aku tidak akan lagi menjadi tawananmu. Aku tidak akan lagi menjadi gadis kecil itu yang berbaring terjaga pada malam hari memikirkanmu. Aku bukan lagi anak patah hati yang membuang-buang air matanya untukmu. Cinta tak berbalasku takkan lagi menghancurkanku. Kau takkan menghancurkanku. Aku tidak akan takut pada gemerlapnya dirimu dan janji-janji palsumu. Aku bukan lagi budak setia yang bertekuk lutut dihadapan tahta palsumu. Air mataku bukan lagi milikmu. Dan hatiku bukan lagi tempat suci bagimu.
Kau tidak bisa tinggal di sini lagi.
Aku telah melakukan perjalanan jauh untuk sampai kemari. Kadang-kadang melintasi gurun di mana yang ku butuhkan hanyalah setetes air yang tak bisa kau berikan kepadaku. Kadang-kadang menembus badai, dimana yang ku butuhkan hanyalah seberkas cahaya untuk memandu jalanku. Dan aku terus-menerus meminta sesuatu yang tak bisa kau berikan. Karena yang kau miliki hanyalah kemegahan, kebanggan, dan harta yang semu.
Begitulah…….....
Kudapati diriku berkali-kali berada dalam gurun tanpa air, dalam kegelapan tanpa cahaya. Tapi , aku bukan lagi budakmu. Sebab, ada seorang manusia yang datang untuk membebaskanku dari hal ini. Seorang manusia yang datang untuk membebaskanku dari perbudakan terhadap budak, menjadi penghambaan hanya kepada Tuhan-ku..

Penulis : Yasmin Mogahed




No comments:

Post a Comment